10 Gejala Menopause selain Perubahan Siklus Menstruasi

10 Gejala Menopause selain Perubahan Siklus Menstruasi

Setiap wanita tidak bisa menghindari menopause, tetapi ada yang bisa melewatinya tanpa mengalami gejala yang mengganggu. Meski begitu, gejala menopause yang mengganggu bisa saja Anda alami pada usia paruh baya.

Penyebab dari ciri-ciri menopause yang wanita alami adalah berkurangnya hormon seks wanita yaitu estrogen dan progesteron. Lalu, apa saja gejala menopause yang bisa Anda alami? Berikut penjelasan lengkapnya.

Gejala menopause yang perlu wanita ketahui

Walau sebagian wanita tidak merasakan tanda atau ciri-ciri menopause, umumnya Anda akan merasakan gejala tertentu. Namun, durasi dari tanda-tanda menopause ini berbeda setiap wanita.

Mengutip dari NHS, gejala biasanya mulai beberapa bulan atau bahkan tahun sebelum menstruasi berhenti. Kondisi tersebut dinamakan perimenopause.

Namun, sebagian besar wanita merasakan ciri-ciri menopause sekitar 4 tahun dari menstruasi terakhir.

Sekitar 1 dari 10 wanita mengalami tanda-tanda menopause sampai 12 tahun sebelum menstruasi terakhir. Berikut penjelasan lengkap seputar gejala menopause pada wanita.

1. Perubahan siklus menstruasi

Tanda-tanda menopause yang satu ini bukan hanya pergeseran tanggal saat menstruasi, tetapi juga jumlah darah yang keluar.

Perubahan siklus haid menjelang menopause bisa memengaruhi jumlah darah yang keluar. Bisa lebih banyak, lebih sedikit, atau mungkin hanya berupa flek atau spotting.

Tidak hanya itu, durasi menstruasi Anda juga mungkin menjadi lebih singkat dan jedanya cukup panjang.

Sebagai contoh, bulan September Anda mengalami menstruasi hanya tiga hari. Menstruasi berikutnya bisa datang tiga bulan, empat bulan, bahkan satu tahun kemudian.

Jika Anda tidak hamil dan tidak mengalami menstruasi sesuai jadwal, ini dapat menjadi tanda mulainya masa menopause.

2. Rasa panas pada tubuh (hot flashes)

Hot flashes merupakan kondisi Anda mengalami sensasi panas, baik di bagian atas tubuh atau bahkan seluruhnya.

Mengutip dari National Institute of Aging, wajah dan leher bisa berubah kemerahan dan Anda menjadi berkeringat.

Intensitas hot flash dapat bervariasi mulai dari ringan hingga kuat, bahkan sampai mengganggu tidur.

Kondisi ini biasa berlangsung antara 30 detik hingga 10 menit. Sebagian besar wanita mengalami kondisi ini selama satu hingga dua tahun setelah menstruasi terakhir mereka.

Hot flash mungkin akan terus berlanjut setelah menopause. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, kondisi ini akan semakin jarang wanita alami.

Konsultasikan kepada dokter jika gejala yang Anda alami sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.

3. Rasa kering di vagina dan nyeri saat berhubungan

Berkurangnya produksi estrogen dan progesteron dapat memengaruhi kelembapan lapisan tipis yang melapisi dinding vagina.

Akibatnya vagina menjadi lebih kering dan memunculkan berbagai gejala sebelum menopause seperti, rasa gatal atau panas di bagian mulut vagina.

Kering di daerah vagina dapat menimbulkan rasa sakit saat berhubungan intim. Untuk mengatasinya, Anda dapat mencoba pelumas vagina berbahan dasar air atau pelembap vagina.

Konsultasikan kepada dokter apabila Anda masih merasa tidak nyaman dengan kondisi vagina yang kering.

4. Penurunan gairah seksual

Berkurangnya produksi hormon estrogen normal terjadi dan memicu berbagai tanda menopause.

Penurunan kadar estrogen dapat memperlambat reaksi orgasme, reaksi klitoris, dan menyebabkan keringnya vagina.

Kondisi-kondisi ini dapat menyebabkan menurunnya gairah seksual.

Anda dapat berkonsultasi kepada dokter jika penyebab penurunan gairah adalah masalah lain seperti rasa nyeri saat berhubungan.

5. Masalah saluran kemih

Menjelang menopause, wanita sering mengalami kesulitan menahan keinginan buang air kecil, bahkan meski kandung kemih belum penuh. Tidak perlu khawatir karena ini adalah hal yang sangat wajar.

Anda juga mungkin mengalami nyeri saat berkemih karena jaringan di vagina dan saluran kemih kehilangan elastisitasnya selama menopause. Otot-otot yang mengelilingi pelvis juga mulai melemah.

Untuk mengatasinya, Anda dapat minum air putih lebih sering, hindari minuman beralkohol, dan latihan Kegel untuk memperkuat otot pelvis.

Penurunan kadar estrogen dalam tubuh juga dapat membuat wanita lebih rentan terhadap infeksi. Beberapa wanita dapat menjadi lebih sering mengalami infeksi saluran kencing pada masa ini.

Jika mengalami keinginan berkemih yang sering atau sensasi panas saat berkemih, Anda mungkin harus berkonsultasi kepada dokter.

6. Susah tidur

Mengutip dari Women’s Health Concern, ciri sebelum menopause pada wanita adalah susah tidur atau insomnia.

Pada masa ini, Anda mungkin bangun lebih pagi dari biasanya dan memiliki kesulitan untuk tidur kembali. Apa hubungannya susah tidur dengan gejala menopause?

Penurunan hormon estrogen menjelang menopause bisa memicu rasa kecemasan dan membuat tubuh tidak bisa istirahat dengan tenang.

Susah tidur sebagai tanda menopause berhubungan dengan gejala depresi, nyeri sendi, atau masalah kandung kemih.

Untuk mendapat istirahat yang cukup, coba berbagai teknik relaksasi dan pernapasan. Anda juga dapat berolahraga pada siang hari agar lelah untuk tidur pada malam harinya.

Hindari membuka ponsel sebelum tidur karena cahaya biru dari gadget dapat menyebabkan Anda sulit tidur.

7. Gangguan suasana hati 

Mengutip dari Hormone Health Network, perubahan produksi hormon estrogen dan progesteron dapat memengaruhi suasana hati wanita yang sedang menghadapi menopause.

Beberapa wanita mengalami gangguan suasana hati seperti cepat marah, depresi, dan suasana hati yang mudah berubah.

Penting bagi Anda untuk tahu bahwa perubahan hormon dapat memengaruhi otak, dan kondisi ini sangat wajar terjadi.

8. Rambut rontok dan kering

Berkurangnya hormon estrogen adalah tanda-tanda menopause awal pada wanita.

Hal tersebut dapat membuat rambut Anda lebih rapuh dan kering karena hormon estrogen menjaga pertumbuhan helaian rambut.

Mengutip dari Women’s Health Concern, rambut rontok dan kering sering menjadi gejala awal menopause.

Selain karena hormon estrogen yang berkurang, faktor penuaan juga berpengaruh pada kondisi rambut.

9. Masalah pernapasan saat tidur

Mengutip dari Sleep Foundation, mendengkur dan sleep apnea lebih sering wanita alami sebelum dan setelah menopause.

Obstructive sleep apnea (OSA) adalah gangguan tidur yang tandanya adalah ada jeda napas.

Jeda napas sementara tersebut menyebabkan suara terengah-engah, mendengkur, tersedak, sampai kualitas tidur menurun.

Dua persen wanita mengalami obstructive sleep apnea (OSA) dan risikonya semakin tinggi ketika Anda masuk fase perimenopause.

Kadar hormon progesteron yang rendah memengaruhi masalah pernapasan saat tidur pada wanita.

10. Kulit kering

Mengutip dari Healthy Women, berkurangnya hormon estrogen sangat memengaruhi kondisi kulit wanita.

Pasalnya, hormon estrogen memproduksi kolagen dan minyak untuk menjaga kelembapan kulit.

Bila Anda merasa kulit kering dalam waktu yang cukup lama, itu bisa menjadi tanda dari menopause.

Meski kulit tidak lagi lembap dan kenyal, Anda tetap bisa menjaga kondisi kulit tetap sehat dengan melakukan perawatan.

Sebagai contoh, menggunakan sunscreen, mengonsumsi minyak ikan, dan memakai pelembap.

Pada dasarnya, keluhan dan gejala atau ciri-ciri menopause pada wanita berbeda-beda, bahkan ada yang tidak merasakan tanda-tanda apa pun.

Bila Anda merasa terganggu dengan ciri-ciri menopause, sebaiknya segera hubungi dokter.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours