Tahukah Anda bahwa wanita lebih rentan terkena insomnia dibandingkan pria? Masalah tidur ini tidak sekadar sulit tidur di malam hari, tetapi juga dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental wanita. Sebenarnya apa penyebab insomnia pada wanita dan mengapa seorang wanita lebih mudah terkena kondisi ini? Yuk, ketahui jawabannya melalui ulasan di bawah ini.
Apa penyebab insomnia pada wanita?
Insomnia adalah kondisi saat seseorang mengalami kesulitan tidur di malam hari atau tidak dapat tidur dengan nyenyak.
Penyakit terkait HPV seperti kanker serviks dapat dicegah
Dijinjau secara medis oleh dr Beeleonie BMedSc, Sp.OG-KFER
Gunakan screener kami untuk cek risiko HPV Anda. Dapatkan saran dan informasi lengkap.
Hal ini membuatnya terbangun di malam hari dan sulit untuk kembali tidur, yang pada akhirnya memengaruhi kualitas tidur secara keseluruhan.
Kondisi ini sebenarnya bisa terjadi pada siapa saja. Namun, wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena insomnia.
Para ahli percaya bahwa tingginya risiko ini disebabkan oleh kombinasi faktor hormonal serta berbagai kondisi kesehatan yang lebih umum terjadi pada wanita.
Melansir dari Sleep Foundation, berikut adalah beberapa penyebab wanita mengalami insomnia.
1. Siklus menstruasi
Pada waktu-waktu tertentu dalam siklus menstruasinya, wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan tidur, seperti insomnia.
Hal ini disebabkan oleh perubahan pola tidur yang dipengaruhi hormon menstruasi, sehingga mengurangi durasi untuk tidur nyenyak.
Beberapa gejala insomnia pun umum terjadi pada individu dengan sindrom pramenstruasi (PMS) atau gangguan disforik pramenstruasi (PMDD), yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan fisik.
Bahkan PPMD, khususnya, sering dikaitkan dengan penurunan respons terhadap hormon tidur yaitu melatonin dan pengurangan durasi tidur.
2. Kehamilan
Wanita pun memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami insomnia selama kehamilan, terutama pada trimester ketiga.
Ketidaknyamanan fisik, refluks asam, sering buang air kecil, dan gerakan bayi dapat meningkatkan frekuensi wanita terbangun di malam hari dan sulit untuk tidur kembali.
Selain itu, selama kehamilan, banyak wanita yang mengalami sindrom kaki gelisah (RLS) atau apnea tidur obstruktif (OSA), yang dapat meningkatkan risiko wanita mengalami insomnia.
Ibu hamil juga bisa mengalami insomnia karena merasa khawatir akan kesehatan bayi dan dirinya hingga kelahirannya nanti.
3. Perimenopause dan menopause
Gangguan tidur seperti insomnia juga lebih umum terjadi pada masa perimenopause dan menopause wanita.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan kondisi ini, salah satunya adalah hot flashes. Ini dapat membuat wanita merasa tidak nyaman karena mengalami rasa panas dan keringat di malam hari.
Sinyal hormon yang mengatur tidur dan bangun pun dapat melemah setelah menopause, yang dapat menjadi penyebab insomnia pada wanita.
Selain itu, pada masa ini pun, wanita lebih mungkin mengalami beberapa kondisi yang sering dikaitkan dengan insomnia, seperti sindrom kaki gelisah (RLS), apnea tidur, depresi, dan kecemasan.
4. Stres dan gangguan suasana hati
Dibandingkan dengan pria, wanita lebih mungkin mengalami kurang tidur karena faktor stres pada wanita. Ini tentu dapat membuat wanita lebih rentan terhadap insomnia.
Wanita pun lebih memiliki risiko untuk terpengaruh beberapa masalah kesehatan mental yang sering terjadi bersamaan dengan insomnia, seperti depresi dan kecemasan.
Kedua gangguan ini memang sering dikaitkan dengan insomnia. Keduanya diketahui merupakan penyebab dari insomnia, dan insomnia itu pun dapat memperburuk gejala depresi dan kecemasan.
5. Jadwal tidur terganggu
Untuk mendapatkan waktu tidur yang cukup, jadwal tidur seseorang perlu disesuaikan dengan ritme sirkadian, yaitu jam biologis tubuh yang beroperasi selama 24 jam.
Umumnya, wanita mengalami peningkatan hormon tidur lebih awal di malam hari dibandingkan pria.
Namun, banyaknya tekanan hingga pekerjaan di rumah dapat menghalangi mereka untuk tidur saat tubuhnya memberi “sinyal” untuk tertidur.
Akhirnya, ritme sirkadiannya tidak bekerja sebagaimana mestinya, yang akhirnya menyebabkan wanita mengalami insomnia.
6. Obat-obatan
Beberapa jenis obat, seperti antidepresan dan obat tekanan darah, diketahui memiliki efek samping yang dapat mengganggu pola tidur seseorang.
Antidepresan tertentu, misalnya, dapat meningkatkan aktivitas saraf yang menyebabkan sulit tidur.
Sementara obat tekanan darah dapat memengaruhi kadar melatonin dalam tubuh, yang berperan penting dalam mengatur siklus tidur.
7. Merokok dan minuman berkafein
Konsumsi makanan dan minuman berkafein, seperti kopi, teh, cokelat, serta kebiasaan merokok juga dapat menjadi penyebab insomnia pada wanita, terutama jika dikonsumsi beberapa jam sebelum tidur.
Kafein adalah stimulan yang dapat meningkatkan kewaspadaan karena dapat menghalangi produksi hormon adenosin, yaitu hormon yang memicu rasa kantuk dan tidur.
Nikotin dalam rokok pun memiliki efek serupa, yaitu merangsang sistem saraf dan meningkatkan denyut jantung, yang mengakibatkan kesulitan tidur atau sering terbangun di malam hari.
Bagaimana insomnia pada wanita didiagnosis?
Untuk mengetahui apakah wanita mengalami insomnia, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan melakukan beberapa cara berikut ini.
- Bertanya seputar kebiasaan tidur. Dokter akan meminta pasien untuk membuat catatan harian tidur selama satu atau dua minggu sebelum konsultasi selanjutnya. Pasien akan diminta untuk mencatat waktu tidur, bangun, dan tidur siang.
- Melakukan tes darah. Dokter juga akan meminta pasien menjalani tes darah untuk memeriksa masalah tiroid atau kondisi medis lainnya.
- Riwayat konsumsi obat. Dokter juga akan menanyakan riwayat beberapa obat yang dikonsumsi dan mungkin menjadi penyebab gangguan tidur, seperti insomnia pada wanita ini.
- Polysomnogram (PSG). Melalui tes ini, dokter akan merekam aktivitas otak, gerakan mata, detak jantung, dan tekanan darah saat tidur.
Apa pengobatan insomnia pada wanita?
Bila insomnia pada wanita terjadi karena perubahan jangka pendek, seperti jetlag, jadwal tidur mungkin akan kembali normal dengan sendirinya.
Namun, bila insomnia terjadi jangka panjang, maka pengobatan untuk insomnia dapat dilakukan guna meningkatkan kualitas tidur pasien.
Beberapa pengobatan yang mungkin dilakukan adalah terapi perilaku kognitif hingga obat-obatan yang diberikan oleh dokter.
Jika penyebab insomnia pada wanita berupa masalah kesehatan lain, maka dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani pengobatan guna mengatasi masalah tersebut.
Misalnya, bila insomnia disebabkan oleh gejala menopause seperti hot flashes, dokter mungkin akan mengobati keluhan tersebut.
Oleh karena itu, untuk mengatasi kondisi ini perlu disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya.
Bila Anda memiliki gejala insomnia, jangan ragu untuk berkonsultasi kepada dokter untuk menemukan cara penanganan yang tepat.
Bagaimana cara mencegah insomnia pada wanita?
Untuk mencegah terjadinya insomnia pada wanita, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, berikut penjelasannya.
- Tetapkan jadwal tidur yang teratur. Sebaiknya bangun dan tidur yang sama setiap harinya, termasuk di akhir pekan.
- Hindari tidur siang. Batasi waktu tidur siang atau justru tidak tidur siang sama sekali mungkin dapat menjadi cara untuk mencegah insomnia pada wanita.
- Coba teknik relaksasi. Pertimbangkan untuk mencoba teknik relaksasi guna mengurangi stres, misalnya dengan menulis buku harian, meditasi, atau yoga.
- Terapkan pola hidup sehat. Mengonsumsi makanan bergizi dan berolahraga secara teratur dapat membantu meningkatkan kualitas tidur dan mencegah terjadinya masalah kesehatan wanita ini.
- Kamar yang nyaman. Sebaiknya bangun suasana kamar tidur nyaman agar Anda lebih rileks lagi untuk tidur.
- Buat ritual tidur yang menenangkan. Anda juga bisa membuat ritual tidur yang menenangkan, seperti mandi air hangat, membaca buku, atau mendengarkan musik.
- Batasi asupan. Hindari makan dalam porsi besar atau mengonsumsi kafein atau alkohol sebelum tidur.
Itu beberapa penyebab insomnia pada wanita hingga cara pencegahannya.
Bila Anda mengalami gangguan tidur, termasuk insomnia, dalam jangka panjang dan tidak kunjung membaik, jangan ragu untuk berkonsultasi kepada dokter.
+ There are no comments
Add yours