Sebuah kota di Rusia menerapkan peraturan sehari tanpa aborsi untuk mengenang peristiwa bersejarah yang termaktub dalam ajaran Katolik. Di bawah peraturan ini, seluruh rumah sakit dan klinik milik pemerintah dilarang melayani aborsi terhadap ibu hamil.
Diberitakan Russia Today, hari tanpa aborsi diterapkan kota Yaroslavi pada Rabu lalu (11/1). Digagas oleh Keuskupan Yaroslavi dan badan kesehatan setempat, hari tanpa aborsi diterapkan untuk memperingati peristiwa “Pembantaian Anak-anak Tidak Berdosa” oleh Raja Herodes di Bethlehem.
Menurut sejarah yang tertulis dalam kitab suci Katolik, Raja Herodes membantai bayi-bayi karena takut salah satu dari mereka akan melengserkannya sebagai Raja Yahudi yang dilantik Romawi. Aborsi menurut keyakinan beberapa agama sama saja seperti membunuh bayi-bayi yang tidak berdosa, persis seperti yang Harodes lakukan.
“Peraturan ini diterapkan untuk menentang pembunuhan bayi-bayi di dalam rahim dan melindungi nilai-nilai yang berharga dari seorang ibu,” ujar pernyataan Keuskupan Yaroslavi.
Peraturan ini juga dibuat oleh Keuskupan dan pemerintah sebagai bentuk keprihatinan atas banyaknya angka aborsi di negara itu.
Berdasarkan undang-undang Rusia, aborsi diperbolehkan untuk usia kehamilan hingga 12 minggu. Pada 1920, Soviet menjadi negara pertama di dunia yang melegalkan aborsi dengan alasan apa pun. Undang-undang aborsi sempat beberapa kali berubah wajah di Rusia, namun secara garis besar legal.
Jumlah wanita yang aborsi Rusia merupakan yang terbanyak di dunia. Menurut Wakil Perdana Menteri Urusan Sosial Rusia, Olga Golodets, untuk setiap 1,9 juta bayi yang lahir di Rusia, ada 700 ribu aborsi.
Angka berbeda disampaikan organisasi pelindung wanita Rusia, Women for Life, yang menyatakan 70 persen kehamilan di Rusia berakhir dengan aborsi.
Prihatin atas tingginya angka aborsi, tahun lalu Dewan Antar-Agama Rusia yang terdiri dari pemimpin agama Kristen, Islam, Yahudi dan Buddha, mengeluarkan pernyataan yang mengecam praktik tersebut.
+ There are no comments
Add yours