Apakah Anda atau orang di sekitar Anda mengalami pembesaran payudara yang tampak tidak biasa? Kondisi ini mungkin bukan sekadar perubahan tubuh normal biasa, melainkan disebabkan oleh kondisi medis tertentu yang disebut dengan gigantomastia.
Gigantomastia merupakan salah satu kondisi medis langka yang dapat mengganggu kenyamanan fisik karena dapat menimbulkan rasa sakit. Sebenarnya, apa penyebab dari kondisi ini? Ketahui jawabannya melalui ulasan di bawah ini.
Apa itu gigantomastia?
Gigantomastia, dikenal juga dengan hipertrofi payudara, adalah kondisi langka di mana payudara membesar secara berlebihan dan tidak normal akibat pertumbuhan jaringan payudara yang berlebih.
Ini merupakan kondisi yang bisa memengaruhi wanita dan hampir selalu bersifat jinak (bukan kanker).
Gigantomastia dapat membuat payudara mengalami pembesaran secara cepat, yang beratnya dapat mencapai 5 pon atau sekitar 2,3 kg per payudara.
Payudara yang membesar ini dapat menimbulkan rasa sakit di bahu, punggung, dan leher akibat beratnya beban payudara yang harus ditumpu oleh tubuh.
Selain rasa nyeri atau sakit pada tubuh, kondisi ini dapat menyebabkan infeksi atau lesi pada kulit di area payudara. Bahkan, mati rasa pada area puting susu pun bisa terjadi.
Melansir laman Cleveland Clinic, gigantomastia terbagi menjadi empat jenis berbeda, di antaranya sebagai berikut.
- Juvenile gigantomastia. jenis ini merupakan hipertrofi payudara yang terjadi selama masa pubertas.
- Gestational gigantomastia. Ini terjadi selama masa kehamilan.
- Drug-induced gigantomastia. Ini terjadi setelah mengonsumsi obat-obatan tertentu.
- Idiopathic gigantomastia. Kondisi ini terjadi ketika penyebab gigantomastia tidak diketahui secara pasti.
Seberapa umumkah kondisi ini?
Gigantomastia merupakan kondisi langka. Melansir Cleveland Clinic, kasus ini hanya terjadi pada sekitar 300 orang yang telah dilaporkan.
Hipertrofi payudara adalah kondisi yang dapat terjadi selama masa pubertas, kehamilan, atau akibat mengonsumsi obat-obatan.
Apa penyebab gigantomastia?
Sebenarnya penyebab gigantomastia tidak sepenuhnya diketahui. Namun, ada beberapa faktor yang dipercaya dapat memicu kondisi ini, di antaranya sebagai berikut.
1. Faktor genetik
Salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab utama terjadinya gigantomastia adalah faktor genetik.
Bila ada anggota keluarga yang mengalami kondisi serupa, risiko anggota keluarga lain untuk mengalaminya dapat meningkat.
2. Ketidakseimbangan hormon
Hormon prolaktin atau estrogen diduga memiliki peran utama dalam terjadinya gigantomastia.
Peningkatan hormon ini, misalnya selama kehamilan, bisa memicu pertumbuhan payudara yang berlebihan pada beberapa wanita.
3. Obat-obatan
Selain faktor hormonal, konsumsi obat tertentu juga bisa menyebabkan masalah kesehatan pada wanita ini. Lantas, obat apa yang menyebabkan gigantomastia?
Beberapa obat, seperti penisilamin atau bucillamine, dipercaya dapat memicu pertumbuhan payudara yang berlebihan.
4. Penyakit autoimun
Gigantomastia juga bisa terkait dengan penyakit autoimun.
Akibat penyakit ini, tubuh menyerang jaringan payudara, sehingga memicu peradangan dan pertumbuhan berlebih.
5. Obesitas ekstrem
Pada individu dengan obesitas ekstrem, jaringan lemak yang berlebihan dapat menekan dan mengubah struktur payudara.
Selain itu, fluktuasi hormon yang sering terjadi pada orang yang obesitas, seperti hormon estrogen, dapat berkontribusi pada pertumbuhan jaringan payudara.
Bagaimana cara mendiagnosis kondisi ini?
Diagnosis gigantomastia dilakukan dengan beberapa langkah berikut ini.
- Riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Dokter akan menanyakan gejala yang dialami dan melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat seberapa besar pembesaran payudara serta dampak fisiknya pada tubuh.
- Tes hormon. Mengingat kondisi ini dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, tes darah untuk mengukur kadar hormon mungkin dapat dilakukan.
- Ultrasonografi dan mamografi. Ultrasonografi atau mamografi bisa dilakukan untuk melihat lebih jauh struktur jaringan payudara dan memeriksa adanya kelainan atau pembengkakan abnormal.
- MRI. Pada beberapa kasus, MRI mungkin diperlukan untuk mendapatkan gambaran lebih rinci dari jaringan payudara dan memastikan bahwa tidak ada tumor atau massa abnormal lainnya.
Apa saja pengobatan untuk gigantomastia?
Pada dasarnya, untuk mengobati hipertrofi payudara perlu disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala dan ukuran payudara.
Berikut adalah beberapa pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan wanita ini.
1. Pengobatan hormon
Jika gigantomastia disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, dokter mungkin akan meresepkan obat yang dapat membantu mengatur kadar hormon dalam tubuh, seperti agonis hormon pelepas gonadotropin (GnRH).
2. Obat-obatan
Dokter mungkin juga akan memberikan obat-obatan, seperti tamoxifen, danazol, medroksiprogesteron atau bromokriptin, untuk menghentikan pertumbuhan jaringan payudara.
Selain itu, untuk mengurangi nyeri dan peradangan, obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen mungkin direkomendasikan.
3. Mastektomi
Pada kasus yang parah, operasi pengangkatan jaringan payudara sebagian (mastektomi parsial) atau sepenuhnya mungkin diperlukan untuk mengurangi berat dan ukuran payudara.
Prosedur ini sering kali membantu mengurangi gejala nyeri dan meningkatkan kualitas hidup.
4. Operasi pengecilan payudara
Operasi pengecilan payudara adalah salah satu cara yang paling umum digunakan untuk menangani gigantomastia.
Prosedur yang dikenal dengan istilah mammoplasty reduksi ini dilakukan dengan cara mengangkat jaringan payudara berlebih, memperbaiki bentuk payudara, dan mengurangi ketidaknyamanan fisik.
Adakah cara untuk mencegah gigantomastia?
Mengingat belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab gigantomastia, maka tidak ada cara pasti untuk mencegah kondisi ini.
Namun, ada beberapa cara yang mungkin dapat mengurangi risiko hipertrofi payudara, di antaranya adalah sebagai berikut.
- Pantau payudara selama kehamilan.
- Hindari penggunaan obat-obatan tanpa pengawasan medis.
- Pemeriksaan kesehatan secara rutin.
- Jaga keseimbangan hormon wanita.
Oleh karena itu, bila Anda memiliki riwayat gangguan hormon atau berbagai faktor risiko lainnya, berkonsultasilah kepada dokter mengenai cara menjaga keseimbangan hormon agar risiko kondisi ini dapat dikurangi.
+ There are no comments
Add yours